Oleh Eddy Ngganggus
Suarantt.id, Kupang-Kita semua pada dasarnya seperti air yang keruh. Namun, sama seperti air yang bisa menjadi jernih, kita juga memiliki kemampuan untuk berubah menjadi lebih baik. Prosesnya memerlukan waktu, karena untuk mengendapkan segala keruh yang ada di dalam diri kita, dibutuhkan kesabaran. Jangan terburu-buru untuk menilai atau menyalahkan orang lain, atau bahkan terburu-buru untuk merasa sudah “jernih”. Biarkan waktu yang memprosesnya, karena dalam “terowongan waktu”, semua akan terungkap dan diproses menjadi lebih jernih.
Kita sering kali ingin segera membersihkan keruh itu dengan cara kita sendiri, namun harus diingat, mengguncang air yang keruh justru akan membuatnya semakin keruh. Biarkanlah prosesnya berlangsung alami. Yang mengendapkan lumpur bukanlah kita, melainkan gaya gravitasi bumi. Lantas, apa peran kita dalam proses ini? Ada, tetapi peran kita kecil; kita hanya perlu bersedia menjadi air itu saja, sementara pemurnian sepenuhnya adalah tugas waktu dan gravitasi.
Untuk mendapatkan air yang jernih, dibutuhkan dua hal: waktu dan gravitasi bumi. Air yang saat ini tampak keruh, sesungguhnya adalah air yang sedang dalam proses untuk menjadi jernih. Dalam proses tersebut, waktu dan gravitasi bekerja untuk mengendapkan segala kotoran yang ada, mengubahnya menjadi air yang bersih.
Begitu pula dengan diri kita. Keseharian kita yang tampak bersih saat ini, bermula dari keadaan yang keruh dan penuh kekotoran. Proses pembersihan itu tidak terjadi seketika, melainkan melalui lorong waktu yang panjang, dengan gravitasi bumi yang bekerja di dalamnya.
Ya, kita adalah air keruh yang sedang menunggu dalam terowongan waktu untuk dimurnikan. Pemurniannya adalah waktu itu sendiri, dibantu oleh gravitasi bumi. ***




