Suarantt.id, Kupang-Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Benain Noelmina, Kludolfus Tuames, menegaskan pentingnya percepatan pembangunan berkelanjutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui sinergi antar-lembaga dan pemanfaatan potensi desa.
Hal ini disampaikan Dolfus usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPRD NTT pada Jumat (11/4/25), setelah sebelumnya mengikuti rapat strategis bersama mitra kerja dan Balai Wilayah Sungai di Jakarta.
“Saya merasa ini momen yang sangat baik untuk percepatan pembangunan di NTT, khususnya dalam hal ketahanan pangan, (food), energi, water dan transformasi ekonomi hijau,” ujar Dolfus kepada wartawan.
Menurutnya, sektor kehutanan menjadi lokomotif utama dalam mendorong pembangunan berkelanjutan, khususnya terkait ketahanan pangan dan pengelolaan air. Ia menekankan pentingnya menjaga daerah tangkapan air dan hutan agar bendungan dan infrastruktur air lainnya dapat berfungsi optimal.
“Kalau bendungan dibangun tapi tidak dijaga vegetasinya, maka sedimentasi akibat erosi akan mempercepat kerusakan bendungan. Solusinya adalah penanaman pohon untuk menahan air dan memperkuat tanah,” jelasnya.
Dolfus juga menyoroti potensi besar yang dimiliki desa dalam mendukung program lingkungan. Ia mendorong optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk pembangunan hutan rakyat.
“Dengan potensi 3.000 desa di NTT, jika setiap desa menanam di 5 hektare lahan, maka dalam satu tahun akan tercipta 15.000 hektare hutan baru. Intervensi ini murah tapi dampaknya luar biasa,” ujarnya.
Ia berharap Komisi IV DPR RI dapat mendorong kebijakan nasional yang memungkinkan alokasi dana desa untuk program lingkungan hidup.
Lebih lanjut, Dolfus menekankan pentingnya kerja kolaboratif lintas sektor untuk menjawab tantangan geografis, sosial budaya, dan kelembagaan di NTT.
“Semua potensi bangsa di NTT harus dikoneksikan. Masyarakat kita adalah kekuatan. Melalui penguatan di tingkat desa, kita bisa mendorong transformasi yang nyata,” tegasnya.
Dolfus menargetkan tercapainya produktivitas pertanian sepanjang tahun, kesinambungan produksi lintas musim, serta peningkatan identitas wilayah melalui keberhasilan program lingkungan dan pangan.
“Kalau kesinambungan ini terjadi, maka kita bisa mencapai tiga hal sekaligus: produktivitas, kesinambungan, dan pertanian. Semua pihak harus berperan dan punya tanggung jawab yang sama,” ujarnya.
Pertemuan ini pun menjadi tonggak penting dalam menyatukan persepsi antar-lembaga demi memperkuat pembangunan berkelanjutan di wilayah NTT. Dolfus berharap, sinergi ini dapat melahirkan kebijakan nasional yang berpihak pada daerah dengan tantangan iklim dan geografi ekstrem seperti NTT. ***