Harapan Tidak Mengecewakan dalam Memperbaharui Harapan dan Memahami Diri sebagai Peziarah

oleh -306 Dilihat
Dr. Doddy Sasi Paparkan Materi soal Harapan Tidak Mengecewakan bagi OMK KAK. (Foto Hiro)

Suarantt. id, Kupang-Dr. Doddy Sasi, CMF, seorang pakar hukum Gereja, menggarisbawahi pentingnya harapan dalam kehidupan Orang Muda Katolik (OMK) dalam acara Peningkatan Kapasitas Iman OMK 2025. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 17-18 Februari 2025, di Paroki St. Fransiskus Asisi BTN Kolhua, Kota Kupang.

Dr. Doddy mengangkat tema Spes Non Confundit (Harapan Tidak Mengecewakan), yang merujuk pada Bulla Yubileum 2025 yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus pada 9 Mei 2024. Ia menyoroti bahwa harapan bukan sekadar optimisme manusiawi, tetapi sebuah keyakinan yang berakar dalam iman.

Harapan, Kepedulian, dan Gerakan

Menurutnya, tiga kata kunci dalam Spes Non Confundit adalah Harapan, Kepedulian, dan Gerakan.

Harapan:

Harapan dalam Gereja sering kali kurang mendapat perhatian dibanding iman dan kasih.

Dalam sejarah Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), harapan sudah menjadi perhatian sejak 1997, terutama dalam krisis nasional dan reformasi Indonesia.

Gereja universal juga menegaskan pentingnya harapan dalam berbagai dokumen, termasuk Gaudium et Spes, Spe Salvi oleh Paus Benediktus XVI, dan sekarang Spes Non Confundit oleh Paus Fransiskus.

Kepedulian:

Tuhan adalah sumber harapan yang penuh kepedulian, baik terhadap manusia maupun alam semesta.

Kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang tersingkir, menjadi panggilan utama bagi OMK.

Gerakan:

Harapan dan kepedulian harus membuahkan tindakan nyata.

Gerakan yang berlandaskan iman melahirkan perubahan sosial yang lebih manusiawi dan berkeadilan.

Menjadi Peziarah Harapan

Dr. Doddy mengajak kaum muda untuk memahami diri sebagai peziarah harapan—mereka yang terus mencari, berjuang, dan tidak menyerah. Ia mengutip Kidung Agung sebagai gambaran perjalanan iman dan cinta seorang pencari Tuhan. Seperti kekasih dalam Kidung Agung yang tidak pernah lelah mencari pasangannya, kaum muda juga dipanggil untuk berziarah tanpa putus asa dalam iman mereka.

BACA JUGA:  Romo Patris Aleggro Dukung Surat Edaran Wali Kota Kupang: Pesta Boleh, Ketenangan Publik Harus Dijaga

Dalam konteks ini, tahun Yubileum 2025 bukan hanya peristiwa seremonial, tetapi undangan untuk mengalami kasih Allah yang membangkitkan harapan.

Tantangan Zaman: Kontra Harapan dan Ancaman Kemandulan Spiritual

Dr. Doddy juga mengingatkan ancaman yang dapat mengikis harapan, seperti dominasi Artificial Intelligence (AI) dan meningkatnya kasus bunuh diri.

Artificial Intelligence dan Risiko Kehilangan Dimensi Kemanusiaan

AI dapat mempercepat inovasi tetapi juga menimbulkan ketergantungan yang membahayakan pemikiran kritis.

Dokumen Antiqua et Nova dari Vatikan mengingatkan agar AI tidak menggantikan relasi manusia dengan Tuhan dan sesama.

Fenomena Bunuh Diri dan Hilangnya Harapan

Banyak kasus bunuh diri terjadi karena kehilangan harapan dan ketidakmampuan mengelola pikiran secara sehat.

Pikiran yang tidak dikendalikan dapat menjadi alat yang melawan diri sendiri, seperti pisau yang digunakan dengan cara yang salah.

Dalam menanggapi tantangan ini, ia menegaskan bahwa pendidikan iman yang benar dan komunitas yang peduli sangat penting untuk menjaga harapan tetap hidup.

Harapan Tidak Pernah Mengecewakan

Mengakhiri sesinya, Dr. Doddy mengajak kaum muda untuk menanamkan harapan dalam setiap aspek kehidupan. Harapan bukan sekadar angan-angan kosong, tetapi janji Allah yang tidak pernah ingkar. Tahun Yubileum 2025 adalah kesempatan bagi semua orang untuk memperbaharui iman dan kembali pada kasih Allah yang tidak pernah mengecewakan.

“Peziarahan ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati yang terus mencari dan menemukan Allah dalam setiap langkah kehidupan,” tutupnya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.