Menghukum Dia yang Menyerukan Kebenaran, Sama dengan Menghukum Diri Sendiri (Part 2)

oleh -357 Dilihat
Eddy Ngganggus. (Foto Istimewa)

Oleh Eddy Ngganggus

Suarantt.id, Kupang-Menghukum seseorang yang berani menyuarakan kebenaran sama saja dengan menghukum diri sendiri. Pembungkam suara kebenaran sebenarnya sedang menggali lubang untuk dirinya sendiri. Mengapa? Karena kebenaran tidak bisa ditundukkan oleh hukuman. Kebenaran adalah “tuan,” sementara hukuman hanyalah “hamba.” Segala upaya untuk menindas kebenaran hanya akan berbalik menyakiti si pelaku pembungkaman.

Hukuman Adalah Pisau yang Menancap ke Dada Sendiri

Banyak orang yang dikoreksi kesalahannya justru memilih jalan keliru dengan menghukum mereka yang berani menyampaikan kritik. Mereka berharap hukuman itu dapat menutupi aib, padahal yang terjadi justru sebaliknya-hukuman itu ibarat pisau yang menancap di ulu hati mereka sendiri.

Berusaha mencari pembenaran diri dari kritik hanyalah cara memperpanjang siklus kesalahan dan menunda hukuman balik yang datang dari kehidupan. Kebenaran tetap akan muncul, meskipun coba dibungkam.

Pilihan Jenis Sakit yang Diderita

Sakit adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan. Namun, jenis sakit yang kita derita bisa dipilih. Ada dua jenis rasa sakit yang berbeda terkait kebenaran:

Sakit Karena Membela Kebenaran:
Ini adalah sakit yang menyembuhkan. Orang yang memilih jalan ini akan merasa sehat ketika orang lain sehat dan justru merasakan sakit jika melihat orang lain menderita. Kebenaran selalu membawa penyembuhan.

Sakit Karena Membungkam Kebenaran:
Jenis sakit ini tidak bisa dipilih. Di antaranya adalah perasaan “sakit kalau melihat orang lain sehat, dan sehat jika melihat orang lain sakit.” Hidup mereka dipenuhi kecemasan dan rasa ancaman yang terus membayangi.

Hanya Orang Normal yang Bisa Memilih Rasa Sakit

Orang yang sehat secara mental dapat memilih jenis penderitaan yang diperlukan dan menghindari penderitaan yang tidak perlu. Sebaliknya, pembungkam kebenaran tidak berada dalam kondisi sehat; mereka berada dalam keadaan psikologis yang terhambat, yang disebut psychological blocking. Dalam kondisi ini, pertumbuhan yang sehat dan sejati mustahil terjadi—hanya ada perkembangan semu yang rapuh.

BACA JUGA:  Gubernur NTT Gelar Pertemuan Bersama Jajaran Pemkab Flores Timur

Siklus Keceriaan dari Penderitaan Membela Kebenaran

Penderitaan karena membela kebenaran sering kali menjadi awal dari siklus keceriaan dan harapan. Dari penderitaan tersebut lahir pembaruan dan keindahan yang sejati. Ini adalah salah satu jenis penderitaan tertinggi yang harus diterima dengan kepala tegak.

Namun, kebahagiaan abadi di dunia ini tidak ada. Yang ada hanyalah kebahagiaan sementara yang silih berganti dengan kesulitan. Karena itu, kritik, baik sebagai pemberi maupun penerima, tidak seharusnya berujung pada kemarahan, dendam, atau hukuman maksimal. Sebaliknya, kritik adalah momen untuk introspeksi—opname stok P3K (Pertolongan Pertama Pada Kesalahan). Mengabaikan kritik hanya akan mendatangkan kesialan.

Kebenaran Selalu Menyembuhkan

Kebenaran adalah obat yang tidak pernah meninggalkan luka permanen. Meski terasa menyakitkan di awal, kebenaran akan selalu membawa penyembuhan yang sejati.

Liliba, Kupang
28 Januari 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.