Suarantt.id, Kupang-Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, menghadiri Pagelaran Seni dan Budaya yang diselenggarakan oleh Jemaat GMIT Maranatha Oebufu dalam rangka Bulan Budaya dan Bahasa GMIT.
Acara ini digelar di halaman Gereja GMIT Maranatha Oebufu, Kelurahan Oebufu, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Jumat (30/5/25), dan menjadi panggung meriah bagi perayaan keberagaman budaya serta penguatan nilai iman dalam masyarakat.
Kehadiran Wali Kota disambut secara adat melalui tarian etnis Sumba oleh para penari dan jemaat. Acara turut dimeriahkan oleh penampilan Vocal Group Pelita Kasih dan Paduan Suara Aleluia Choir. Hadir pula Ketua Majelis Jemaat GMIT Maranatha Oebufu, Pdt. Yusuf Nakmofa bersama para pendeta, tokoh masyarakat, dan panitia pelaksana.
Dalam sambutannya, dr. Christian Widodo menyampaikan apresiasi atas inisiatif Gereja Maranatha yang telah memadukan nilai-nilai iman dengan kearifan budaya lokal. Ia menyebut pagelaran tersebut sebagai bentuk nyata sinergi antara gereja dan masyarakat dalam memperkuat kohesi sosial di tengah keberagaman etnis yang hidup berdampingan di Kota Kupang.
“Berbagai etnis seperti Rote, Sabu, Sumba, Timor, dan Alor yang ada di Gereja Maranatha telah menunjukkan bahwa Kota Kupang adalah rumah bersama, tempat semua warga dapat hidup dan bertumbuh dalam harmoni,” ujar Wali Kota.
Lebih lanjut, ia menyoroti peran aktif Gereja Maranatha dalam bidang pendidikan, sosial, dan seni budaya. Ia bahkan mengungkapkan keterlibatan pribadinya sebagai penasihat Paduan Suara Aleluia Choir serta kedekatannya dengan jemaat yang banyak di antaranya merupakan aparatur sipil negara di lingkup Pemkot Kupang.
“Saya berterima kasih karena banyak ASN Pemkot Kupang berasal dari jemaat ini dan telah memberikan kontribusi pemikiran bagi pembangunan kota,” tambahnya.
Wali Kota juga mendorong agar kegiatan budaya seperti ini dijadikan agenda rutin, tak hanya untuk pelestarian budaya, tetapi juga sebagai wadah pemberdayaan pelaku UMKM lokal. Ia menegaskan pentingnya membangun ekosistem ekonomi yang berpijak pada kekuatan komunitas.
“Event budaya harus terus digelar dan UMKM harus selalu diikutsertakan. Visi dan misi kami adalah menggerakkan ekonomi lokal yang berbasis pada kekuatan UMKM. Kegiatan seperti ini merupakan ekosistem yang tepat untuk itu,” tegasnya.
Menutup sambutannya, Wali Kota mengajak seluruh gereja dan masyarakat di Kota Kupang untuk terus menggabungkan nilai iman dan budaya sebagai fondasi membangun peradaban yang kuat dan inklusif.
“Saya percaya iman tanpa budaya akan kehilangan akar, dan budaya tanpa iman akan kehilangan arah. Maka keduanya harus terus berjalan beriringan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Jemaat, Pdt. Yusuf Nakmofa menyampaikan apresiasi atas kehadiran Wali Kota dan dukungan Pemerintah Kota Kupang. Ia menekankan bahwa Bulan Budaya dan Bahasa GMIT bertujuan menggali serta memproses nilai-nilai budaya etnis dalam jemaat agar menyatu dengan ajaran Kristiani.
“Budaya bukan sekadar dipertontonkan, tetapi diproses agar menyatu dengan nilai-nilai Kristiani sebagai sarana memuliakan Tuhan. Contohnya adalah tradisi henge’do atau cium hidung dalam budaya Sabu yang mengandung nilai pemulihan dan perdamaian,” jelasnya.
Ia juga menegaskan komitmen GMIT Maranatha untuk terus berkolaborasi dengan pemerintah, termasuk dalam menyambut tamu daerah atau nasional dengan menampilkan sanggar seni binaan gereja.
Pagelaran ini ditutup secara meriah dengan tarian Kebalai khas Rote yang melibatkan Wali Kota, para pendeta, dan jemaat sebagai simbol kolaborasi dan kebersamaan lintas elemen. Setelah acara, Wali Kota menyempatkan diri mengunjungi stand UMKM dan membeli sejumlah produk lokal sebagai bentuk nyata dukungan terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. ***