Suarantt.id, Kupang-Pemerintah Kota Kupang resmi meluncurkan Program Ina Kasih (Intervensi Peduli Akses Pembalut Gratis bagi Perempuan Pra-Sejahtera) yang digagas sebagai langkah nyata mengatasi persoalan kemiskinan menstruasi (menstrual poverty). Peluncuran program ini dipimpin oleh Wakil Wali Kota Kupang, Serena C. Francis, di Taman Nostalgia Kupang pada Sabtu (20/9/2025).
Peluncuran turut dihadiri Ketua DPRD Kota Kupang Richard Elvis Odja, Penjabat Sekda Kota Kupang Ignasius R. Lega, Komisaris Utama PT. Taspen Fary Djemy Francis, Ketua FKUB Kota Kupang Pdt. Jecky Latupeirissa, Ketua HIPMI Kota Kupang, Penjabat Ketua Dharma Wanita Persatuan Kota Kupang, Ketua Persatuan Isteri Anggota DPRD Kota Kupang, perwakilan Dandim Kota Kupang, perwakilan Ketua Pengadilan, perwakilan Bank NTT, komunitas difabel, tokoh perempuan, serta para penerima manfaat program.
Dalam pemaparannya, Serena menegaskan kemiskinan menstruasi masih menjadi masalah nyata. “Hampir setengah penduduk Kota Kupang adalah perempuan usia produktif, tetapi sebagian masih kesulitan mengakses produk menstruasi. Harga pembalut rata-rata Rp26 ribu per pax bisa menjadi beban berat bagi keluarga berpenghasilan rendah,” ujarnya.
Ia menjelaskan, bagi keluarga dengan penghasilan Rp800 ribu per bulan, biaya pembalut dapat menghabiskan 6,5 hingga 13 persen pendapatan. “Jika dalam satu keluarga ada dua perempuan usia subur, beban tersebut akan semakin besar. Pemerintah tidak boleh menutup mata terhadap kondisi ini. Program ini adalah wujud kehadiran pemerintah untuk melayani masyarakat,” tegasnya.
Selain memberikan pembalut gratis, program ini juga bertujuan menghapus stigma tabu terkait menstruasi dan kesehatan reproduksi. “Kami ingin masyarakat Kota Kupang lebih terbuka sehingga tidak ada lagi perempuan yang merasa malu, terpinggirkan, atau terbebani hanya karena hal yang bersifat alamiah,” tambahnya.
Program Ina Kasih pada tahap awal menyasar 1.275 perempuan dari keluarga prasejahtera usia 10-45 tahun. Program ini juga mendukung Instruksi Presiden RI terkait percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem. Nama Ina Kasih sendiri berarti “perempuan penuh kasih”—Ina berarti perempuan dalam bahasa lokal, sementara Kasih adalah identitas Kota Kupang sebagai “Kota Kasih”.
Serena berharap program ini memberi dampak positif pada partisipasi pendidikan dan pekerjaan. “Kami ingin remaja putri hadir penuh di kelas tanpa takut absen karena menstruasi, dan perempuan bekerja tanpa terbebani dilema membeli pembalut atau kebutuhan pangan keluarga,” ujarnya.
Ia juga membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak. “Kami membuka ruang kerja sama dengan NGO, LSM internasional, CSR BUMN/BUMD, dunia usaha, dan komunitas peduli kesehatan reproduksi. Bersama, kita pastikan tidak ada lagi yang tertinggal,” jelasnya.
Perwakilan penerima manfaat turut menyampaikan apresiasi. Nora Paulina Lau dari komunitas disabilitas mengatakan, “Kami sangat berterima kasih atas bantuan ini dan berharap program ini berkelanjutan.” Sementara Mirna, ibu rumah tangga dari Kelurahan Lasiana, menyebut program ini sangat membantu kaum perempuan. “Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya sangat membutuhkan bantuan ini untuk meringankan beban keluarga,” ujarnya.
Serena menutup dengan penegasan bahwa Ina Kasih merupakan wujud nyata prinsip to govern is to serve. “Menstruasi bukan pilihan, tapi bagaimana kita meresponsnya adalah pilihan. Dengan Ina Kasih, kami ingin menjaga martabat perempuan sekaligus martabat kemanusiaan,” pungkasnya. ***