Suarantt.id, Kupang-Rombongan Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik ke Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa (23/9/2025). Kunjungan diawali dengan peninjauan sarana dan prasarana Laboratorium serta Instalasi Karantina Hewan (IKH) Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan NTT (Karantina NTT) guna melihat langsung kinerja lembaga tersebut.
Wakil Ketua Tim Kunjungan Kerja, Ahmad Yohan, menyampaikan bahwa Karantina memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. “NTT adalah gudang ternak. Karena itu, keberadaan Karantina menjadi sangat penting dalam melindungi kesehatan hewan dan keamanan pangan. Ke depan, kami di Komisi IV akan mendorong penguatan laboratorium Karantina NTT agar dapat lebih optimal dalam menjalankan fungsi pengawasan dan perlindungan,” ujarnya.
Kepala Karantina NTT, Simon Soli, menyampaikan apresiasinya atas perhatian dan dukungan Komisi IV DPR RI. Menurutnya, penguatan laboratorium akan menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas Karantina NTT dalam mendeteksi dini hama dan penyakit, sekaligus memberikan perlindungan maksimal bagi sektor pertanian, perikanan, dan peternakan di daerah.
Kunjungan ini turut didampingi Deputi Bidang Karantina Tumbuhan dan Kepala Karantina NTT Badan Karantina Indonesia (Barantin). Komisi IV DPR RI juga meninjau gudang Perum Bulog NTT dan Balai Penerapan Modernisasi Peternakan (BRMP) NTT di Naibonat.
Di Gudang Perum Bulog NTT, Ahmad Yohan mengungkapkan, stok cadangan pangan mencapai 6.000 ton beras dan 300 ton jagung yang dinilai cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus menopang sektor pangan daerah.
Selanjutnya, rombongan bertolak ke BRMP Naibonat untuk membahas tata kelola peternakan, pengendalian penyakit hewan, ketersediaan jagung dan beras lokal, serta isu penerbitan surat izin penangkapan ikan yang kerap menjadi tantangan di NTT. Pertemuan strategis ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Gubernur NTT, Bupati Kupang, pejabat kementerian teknis, direksi Perum Bulog, ID Food, PT Berdikari, organisasi peternak, dan perwakilan peternak lokal.
Berbagai isu strategis turut dibahas, seperti pengendalian penyakit hewan menular (ASF dan PMK), tingginya kasus rabies, hingga upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas peternakan rakyat. Komisi IV DPR RI menekankan pentingnya pendekatan terintegrasi agar NTT dapat mengoptimalkan potensinya sebagai gudang ternak nasional.
“Kunjungan kerja spesifik ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat. Dengan dukungan penuh dari legislatif serta peningkatan peran Karantina, NTT diyakini mampu menjadi tulang punggung ketahanan pangan ternak nasional sekaligus berkontribusi signifikan terhadap ketersediaan pangan Indonesia,” tutup Ahmad Yohan. ***





