Suarantt.id, Kupang-Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang menjadi saksi lahirnya kembali semangat jurnalisme yang berpihak pada kemanusiaan. Melalui kegiatan Galeri Foto Jurnalistik dan Peluncuran Buku karya jurnalis senior Kompas, Fransiskus Pati Herin, dunia jurnalistik di NTT seakan diajak menatap kembali akar nilai profesi wartawan menulis dengan nurani dan bekerja untuk kemanusiaan.
Acara yang berlangsung di Aula Hendrikus UNWIRA pada Kamis, 9 Oktober 2025 ini dihadiri langsung oleh Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, bersama Anggota DPD RI Abraham Liyanto, Rektor UNWIRA P. Stefanus Lio, SVD, jajaran civitas akademika, pegiat literasi, siswa-siswi SMA dan SMP di Kota Kupang, serta insan pers dari berbagai media.
Kegiatan bertajuk “Jurnalisme untuk Kemanusiaan” tersebut juga dirangkaikan dengan peluncuran dua buku terbaru karya Frans Pati Herin, yakni “Lompat Kapal ke Amerika” dan “Deadline – Kisah di Balik Liputan”. Kedua buku ini merekam perjalanan panjang seorang jurnalis asal NTT yang menembus batas ruang dan waktu dalam kiprahnya, sekaligus menjadi refleksi atas makna profesi wartawan sebagai pengabdi bagi kebenaran dan kemanusiaan.
Gubernur: Wartawan Sejati Menyuarakan Nurani
Dalam sambutannya, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menyampaikan apresiasi tinggi kepada UNWIRA atas inisiatif penyelenggaraan kegiatan tersebut. Ia menilai acara ini bukan sekadar perayaan atas karya seorang jurnalis, tetapi juga momentum reflektif bagi dunia pendidikan tinggi di NTT.
“Kegiatan seperti ini mengingatkan kita bahwa tugas perguruan tinggi bukan hanya mencetak lulusan yang cerdas secara akademik, tetapi juga membentuk insan yang berkarakter, berani, dan memiliki semangat pelayanan,” ujar Gubernur.
Melki Laka Lena juga memberikan penghargaan khusus kepada Frans Pati Herin yang dianggap telah meneladankan jurnalisme sejati yang tidak hanya mengabarkan fakta, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan.
“Pak Frans telah membuktikan bahwa jurnalisme sejati bukan sekadar menyampaikan fakta, tetapi juga menyuarakan nurani dan membela kemanusiaan,” ungkapnya.
Kepada para mahasiswa UNWIRA, Gubernur berpesan agar terus bermimpi besar dan tidak mudah menyerah dalam mengejar cita-cita.
“Ukur keberhasilan bukan hanya dari seberapa tinggi kita naik, tetapi dari seberapa besar manfaat yang kita berikan bagi sesama dan bagi daerah asal,” pesannya.
Ia juga menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi NTT untuk terus memperkuat kolaborasi dengan dunia kampus dalam mencetak generasi muda yang berintegritas dan siap melayani.
“Terima kasih kepada Pak Frans atas inspirasinya, dan kepada UNWIRA yang terus menjadi taman subur bagi tumbuhnya insan-insan NTT yang mencintai kebenaran dan bekerja dengan hati,” pungkas Gubernur.
UNWIRA: Perayaan atas Kemanusiaan dalam Bingkai Jurnalisme
Sementara itu, Rektor UNWIRA Kupang, P. Stefanus Lio, SVD, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar seremoni peluncuran buku atau pameran foto, melainkan perayaan atas kemanusiaan dalam bingkai jurnalisme.
“Melalui pena dan lensanya, Frans Pati Herin telah meneguhkan nilai-nilai kemanusiaan. Karyanya bukan sekadar berita, tetapi pesan kemanusiaan yang hidup dan memberi dampak,” tutur Rektor.
Ia juga mengajak mahasiswa dan kaum muda NTT untuk terus menulis, memotret, dan berkarya dengan hati.
“Teruslah menulis dan berkarya dengan cinta. Jadilah pewarta yang menyalakan harapan di tengah dunia digital yang kadang kehilangan arah,” pesannya penuh makna.
Karya dan Spirit dari NTT untuk Dunia
Frans Pati Herin, yang juga alumni UNWIRA Kupang, melalui karya dan pengabdiannya telah menunjukkan bahwa jurnalisme bisa menjadi jembatan kemanusiaan. Dari ruang-ruang berita hingga pelosok daerah, kisah-kisah yang ia tulis menjadi cermin perjuangan manusia yang sering tak terdengar.
Spirit itulah yang kini kembali dipancarkan dari UNWIRA kampus yang tidak hanya mencetak akademisi, tetapi juga menyalakan api kemanusiaan lewat kata, lensa, dan tindakan nyata.
Dari UNWIRA Kupang untuk Dunia, semangat jurnalisme kemanusiaan terus hidup dan menyala. ***