Suarantt.id, Kupang-PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) melalui Unit Pelaksana Proyek (UPP) Nusa 3 menegaskan komitmennya mendukung kemandirian energi di Pulau Timor dan seluruh Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Timor-1. Pembangkit berkapasitas 100 (2×50) megawatt (MW) ini merupakan yang terbesar di NTT dan menjadi penopang utama sistem kelistrikan di Pulau Timor.
Asisten Manager PLTU Timor-1 UPP Nusra 3, Asmar, mengatakan PLTU yang berlokasi di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang ini dibangun di atas lahan seluas 34 hektar dengan tujuan utama untuk meningkatkan keandalan sistem kelistrikan dan menurunkan biaya pokok produksi (BPP) listrik di wilayah Timor.
“PLTU Timor ini merupakan pembangkit listrik terbesar di Pulau Timor, bahkan di seluruh NTT. Dengan kapasitas 100 megawatt, PLTU ini menjadi penopang utama bagi kehandalan sistem kelistrikan di Pulau Timor,” ujar Asmar saat kegiatan media visit bersama sekitar 30 jurnalis di lokasi PLTU pada Rabu (22/10/2025).
Ia menjelaskan, PLTU Timor-1 tidak hanya menopang kebutuhan listrik di Kota Kupang, tetapi juga menjangkau Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Malaka hingga Kabupaten Belu.
Sebelum PLTU Timor-1 beroperasi, sebagian besar pembangkit di Pulau Timor masih mengandalkan mesin diesel berbahan bakar solar. Kehadiran PLTU Timor-1 dinilai mampu menekan biaya produksi dan menghadirkan pasokan listrik yang lebih stabil serta efisien.
“Sebelumnya sebagian pembangkit listrik di Pulau Timor menggunakan diesel. Dengan PLTU Timor-1, BPP listrik bisa ditekan dan kebutuhan masyarakat akan listrik yang stabil semakin terpenuhi,” jelas Asmar.
Menurutnya, daya listrik yang dihasilkan PLTU Timor-1 saat ini mampu menyuplai sekitar 80 persen kebutuhan listrik di Pulau Timor. Selebihnya dipenuhi oleh pembangkit lain seperti PLTU Bolok yang kapasitasnya sekitar 16 MW.
Manager Perizinan dan Komunikasi PLN UIP Nusa Tenggara, Bobby Robson Sitorus, menambahkan bahwa beban puncak di Pulau Timor saat ini mencapai 129–130 MW, terutama di musim panas ketika penggunaan alat pendingin udara meningkat.
“PLTU Timor-1 menjadi tulang punggung sistem kelistrikan Pulau Timor. Dengan kapasitas 100 MW, pembangkit ini menopang 80 persen kebutuhan listrik masyarakat,” ungkap Bobby.
Selain menjaga keandalan sistem, PLN juga menjalankan program tanggung jawab sosial (CSR) di wilayah sekitar proyek, termasuk Desa Lifuleo dan hingga kawasan Tablolong. Program CSR tersebut meliputi kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan lingkungan secara berkelanjutan.
Ke depan, Asmar menuturkan, PLN berencana mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) di NTT, termasuk penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif di PLTU Timor-1 dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
“PLTU Timor-1 ke depan akan mulai beralih menggunakan biomassa. Selain itu, PLN juga akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tersebar di Pulau Timor serta pembangkit tenaga panas bumi di Pulau Flores,” katanya.
Dengan langkah ini, PLN berharap dapat mewujudkan kemandirian energi di NTT sekaligus mendukung target transisi energi nasional menuju sistem kelistrikan yang lebih hijau dan berkelanjutan. ***





