Suarantt.id, Kupang-Aula Komodo, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, dipenuhi semangat muda pada Jumat (24/10/2025) pagi. Ratusan pelajar dari berbagai sekolah menengah di Kota Kupang berkumpul dalam Teens Conference 2025, sebuah ajang pembentukan karakter dan pengembangan diri bertema “Discover Yourself, Build Your Future” dengan tagline “Awaken Your Potential, Create Your Path.”
Di tengah riuh tepuk tangan peserta, Wakil Wali Kota Kupang, Serena C. Francis, melangkah naik ke podium dengan senyum yang akrab. Bukan sekadar membuka acara, Serena datang membawa kisah hidup yang nyata—tentang perjuangan, kegigihan, dan keberanian seorang anak muda dari Kota Kasih yang kini dipercaya memimpin daerahnya.
“Hal-hal kecil seperti disiplin dan tanggung jawab yang saya pelajari di sekolah justru membuka jalan menuju hal-hal besar dalam hidup. Dari lapangan istana ke ruang pelayanan, semuanya dimulai dari tekun dan mau belajar,” tutur Serena, mengenang masa remajanya saat menjadi anggota Paskibraka hingga akhirnya terpilih sebagai Paskibraka Nasional tahun 2015.
Kisah itu memantik perhatian peserta. Banyak dari mereka tersenyum dan saling berbisik, kagum bahwa pemimpin muda mereka pernah berada di posisi yang sama seorang siswa yang punya mimpi dan tak takut jatuh.
Serena kemudian berbicara tentang tantangan generasi Z di era digital. Ia menilai bahwa kecerdasan digital adalah kekuatan besar, namun di sisi lain, membawa tantangan berupa kecemasan dan perbandingan sosial.
“Kita ini generasi yang cerdas secara digital, tapi jangan biarkan ketakutan dan perbandingan sosial menghambat masa depan kita. Gunakan teknologi untuk berkarya, bukan untuk membandingkan diri,” pesannya disambut tepuk tangan meriah.
Namun, di balik nada motivasi, Serena juga menyoroti fenomena sosial yang kian mengkhawatirkan di kalangan remaja Kupang—mulai dari eksploitasi anak hingga meningkatnya kasus HIV/AIDS. Ia menegaskan bahwa membangun generasi muda tak bisa dilakukan sendiri.
“Guru harus jadi penuntun jiwa, orang tua menjadi pendengar, dan pemerintah harus hadir, bukan sekadar menonton. Butuh seluruh desa untuk membesarkan satu anak,” ujarnya dengan nada tegas namun penuh empati.
Tak berhenti di situ, Serena berbagi tentang gagal dan bangkit tentang saat-saat sulit sebelum diterima di Universitas Indonesia, dan perjuangan panjang sebelum akhirnya menjadi Wakil Wali Kota.
“Jangan takut jatuh, karena hanya dengan jatuh kita belajar cara bangkit. Bintang tidak bisa bersinar tanpa kegelapan,” katanya lembut, kalimat yang membuat suasana Aula Komodo sejenak hening.
Ia lalu menyinggung inisiatif Pemerintah Kota Kupang yang memberi ruang bagi anak muda melalui Saboak Sunday Market di Taman Nostalgia sebuah pasar kreatif yang kini menampung lebih dari 100 pelaku UMKM muda dengan perputaran ekonomi mencapai Rp3,8 miliar.
“Kita ingin anak muda Kupang berani berkreasi dan ikut menghidupkan ekonomi kota,” tambahnya penuh semangat.
Menutup materinya, Serena berpesan agar para remaja menjadi pemimpin yang berintegritas, berani, dan peduli.
“Dunia tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang berintegritas. Jadilah generasi yang menyalakan harapan bagi Kota Kasih,” pungkasnya.
Sementara itu, Presiden Dareto Academy, Nike Ndaumanu, selaku penyelenggara acara, menjelaskan bahwa Teens Conference 2025 merupakan salah satu program tahunan terbesar Dareto Academy, yang tahun ini untuk pertama kalinya digelar di Kupang.
“Kegiatan ini lahir dari mimpi sederhana, dare to dream berani bermimpi. Kami ingin remaja NTT punya ruang untuk menemukan diri dan menyalakan perubahan,” ujar Nike.
Dengan wajah antusias, para peserta menutup sesi pembukaan dengan yel-yel penuh semangat. Di mata mereka, Teens Conference 2025 bukan sekadar konferensi remaja, tetapi sebuah ruang untuk mengenali diri, menyalakan potensi, dan memulai langkah menuju masa depan.***





