Menanam Harapan di Kota Karang: Upaya Pemkot Kupang Membangun Pertanian Modern dan Pangan Aman

oleh -51 Dilihat
Wali Kota dan Kadis Pertanian Kota Kupang. (Foto Istimewa)

Suarantt.id, Kupang-Di tengah pesatnya arus urbanisasi dan perkembangan kota, sektor pertanian di Kota Kupang kini mulai bertransformasi menuju arah yang lebih modern. Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, menegaskan bahwa saat ini paradigma bertani harus berubah.

“Untuk sektor pertanian sekarang ini sudah modern farming. Petani itu tidak seharusnya di sawah yang berlumpur, tetapi memanfaatkan teknologi. Sekarang banyak anak muda yang menjadi petani modern, dan hasilnya lebih produktif,” ungkapnya pada Selasa, 4 November 2025.

Menurutnya, pertanian modern bukan hanya tentang menanam, tetapi tentang inovasi, efisiensi, dan keberlanjutan. Dengan teknologi pertanian seperti irigasi tetes, hidroponik, dan sistem digitalisasi, para petani muda di Kupang mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Peran Vital Penyuluh Pertanian Lapangan

Kepala Dinas Pertanian Kota Kupang, Matheus A.B.H. Da Costa atau yang akrab disapa Herry Da Costa menjelaskan para petani di Kupang tidak berjalan sendiri. Mereka didampingi oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang menjadi ujung tombak pengembangan sektor pertanian.
“Penyuluh bekerja empat hari di lapangan dan satu hari di kantor. Mereka mendampingi kelompok tani dari tahap penanaman hingga pemasaran hasil,” jelas Herry.

Saat ini, Dinas Pertanian memiliki 34 penyuluh aktif yang terdiri dari 25 ASN dan 9 PPPK. Namun, jumlah itu masih belum mencukupi untuk mendampingi seluruh wilayah karena luasnya sebaran lahan dan banyaknya kelompok tani.

Ke depan, pemerintah pusat berencana menarik tenaga penyuluh ke bawah koordinasi Kementerian Pertanian mulai 1 Januari 2026. “Tentu ini akan berpengaruh terhadap pola pendampingan, tapi kita tetap berupaya menjaga pelayanan agar tetap maksimal,” tambahnya.

Tantangan Air dan Lahan di Tengah Kota yang Berkembang

BACA JUGA:  BI NTT Dorong Penyaluran Kredit Produktif Lewat Kebijakan Likuiditas Makroprudensial

Kupang, sebagai ibu kota provinsi, terus mengalami alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman dan komersial. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi ketahanan pangan kota. “Masalah klasik kita ada pada air dan lahan. Karena itu, kami mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk bercocok tanam,” ujar Herry.

Melalui program urban farming, Dinas Pertanian mendorong warga menanam sayuran, tomat, atau cabai menggunakan pot atau polibag dengan teknologi sederhana seperti hidroponik dan irigasi tetes.
Namun, tantangan teknis juga muncul. “Air di Kupang banyak mengandung kapur, sehingga kadang menyumbat lubang irigasi tetes. Ini yang membuat sebagian petani menjadi enggan. Tapi kami terus memberi pelatihan agar mereka terbiasa dan tidak menyerah,” tambahnya.

Dua RPH Jadi Penopang PAD dan Keamanan Pangan

Selain mengurus pertanian, Dinas Pertanian juga memiliki tanggung jawab di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Kota Kupang memiliki dua Rumah Potong Hewan (RPH), yaitu RPH Bimoku untuk sapi dan RPH Oeba untuk babi.
“Puji Tuhan kedua RPH ini berjalan dengan baik, walaupun masih ada yang perlu dibenahi, terutama dari sisi manajemen dan sarana prasarana,” jelas Herry.

RPH menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus penjaga keamanan pangan asal hewan (ASUH: Aman, Sehat, Utuh, dan Halal). Di RPH Oeba, rata-rata ada 30 ekor babi yang dipotong setiap hari, angka yang menurut Herry masih tergolong rendah.

“Banyak warga yang memilih membeli daging babi di lapak-lapak pinggir jalan tanpa tahu apakah sudah melalui pemeriksaan kesehatan hewan atau belum. Padahal di RPH, setiap hewan diperiksa oleh dokter hewan mulai dari kondisi kulit, kuku, hati, hingga jantung untuk memastikan tidak ada penyakit,” tegasnya.

BACA JUGA:  Ahmad Talib Janji Bakal Sumbang Lampu Penerangan Bagi Warga Kuanino

Edukasi Masyarakat, Kunci Keamanan Pangan

Melalui edukasi dan sosialisasi, pemerintah ingin membangun kesadaran masyarakat agar hanya membeli daging yang sudah memiliki surat pemeriksaan dari RPH. “Kami mengimbau warga, kalau beli daging, tanyakan apakah potong di RPH. Kalau iya, pasti ada surat resmi dengan tanggal potong hari itu. Itu jaminan keamanan pangan kita,” pungkas Herry.

Wali Kota Kupang dr. Christian Widodo menambahkan bahwa transformasi pertanian modern dan penguatan sistem keamanan pangan merupakan dua hal yang berjalan beriringan.
“Ketahanan pangan tidak hanya bicara soal ketersediaan hasil pertanian, tapi juga soal keamanan dan kualitas pangan yang dikonsumsi masyarakat. Petani modern dan sistem RPH yang tertib adalah fondasi penting menuju masyarakat yang sehat dan mandiri,” ujarnya.

Ia berharap seluruh masyarakat Kota Kupang ikut berpartisipasi dalam gerakan pertanian modern, baik dengan menanam di pekarangan rumah maupun mendukung produk lokal. “Kalau kita bisa memanfaatkan lahan yang ada, meski kecil, dengan teknologi yang tepat, kita bukan hanya mandiri pangan, tapi juga membangun masa depan yang lebih hijau untuk Kota Kupang,” tutupnya dengan optimis. (Penulis/ADV)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.