Politik Itu Tidak Seram: Rumah Jane Hadirkan Sekolah Politik Pemberdayaan Anak Muda di Kupang

oleh -175 Dilihat
Agustinus Brewon, Yohanes Jimmy Nami dan Jane Natalia Suryanto di Acara Sekolah Politik dan Pemberdayaan Rumah Jane Part 5, yang digelar di Ghaura Chocolatier & Café Kupang pada Rabu, 4 Juni 2025. (Foto Hiro)

Suarantt.id, Kupang-Politik tidak melulu soal kekuasaan dan intrik. Itulah pesan yang mengemuka dalam acara Sekolah Politik dan Pemberdayaan Rumah Jane Part 5, yang digelar di Ghaura Chocolatier & Café Kupang pada Rabu, 4 Juni 2025.

Acara ini dihadiri oleh kalangan muda, akademisi, dan tokoh politik yang menekankan pentingnya politik yang inklusif, membumi, dan menyenangkan.

Agustinus Brewon, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan NTT, dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjaga semangat politik agar tidak menjadi sesuatu yang kaku dan menakutkan.

“Kita harus menjaga dan merawat politik supaya tidak kaku. Politik tidak seseram yang orang bayangkan—penuh dengan kotoran. Politik bisa dimulai dengan ngobrol santai sambil ngopi,” katanya, menyambut hangat kehadiran anak-anak muda dalam forum tersebut.

Menurutnya, tahun 2029 akan menjadi panggung politik bagi generasi muda. Karena itu, keterlibatan aktif mereka sejak sekarang sangat penting. “Omong politik tidak boleh berjarak dengan anak muda,” tegas Agustinus.

Sementara itu, Jane Natalia Suryanto, politisi sekaligus pendiri Rumah Jane, menjelaskan tiga pilar perjuangannya selama ini: Rumah Jane, Jane Center, dan Kebun Jane (unit bisnis). Ia menyebutkan bahwa semua perjuangan itu membutuhkan dana, namun tetap menekankan bahwa ia tidak pernah membeli suara pada Pemilu Legislatif lalu dan terbukti mampu meraih lebih dari 46.000 suara.

“Politik memang sulit. Tapi bagi saya, politik itu seperti main sepak bola. Kalau kita tidak masuk lapangan, ya kita tidak bisa mencetak gol. Karena itu, anak muda harus masuk ke panggung politik,” ujar Jane.

Jane juga membagikan perjalanannya keliling NTT pasca Pilkada, bertemu dengan pelaku UMKM, ibu-ibu dengan dukungan modal Rp5 juta, hingga gerakan pemberdayaan seperti program 1.000 laptop, ternak ayam petelur, dan pengembangan pisang cavendish.

“Saya memulai dari politik pemberdayaan. Saya masuk NTT lewat pelayanan. Sekarang, saya ingin anak muda yang masuk politik juga punya finansial agar tidak terjebak kepentingan siapa pun. Politik itu pelayanan terhadap yang paling tinggi,” katanya dengan penuh semangat.


Dosen Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Yohanes Jimmy Nami, turut memberikan pandangan akademiknya. Menurutnya, Jane adalah sosok politisi yang unik dan berbeda dari kebanyakan.

“Politik harus dilakukan dengan riang gembira, karena sejatinya politik adalah bagian dari kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.


Jimmy menambahkan bahwa ada tiga hal utama dalam menjalankan politik riang gembira:

BACA JUGA:  BI NTT Fasilitasi Dua Desa Wisata Tampil di Ajang Internasional BBTF 2025

Politisi harus hadir di tengah masyarakat.

Membangun citra positif di mata konstituen.

Mendorong partisipasi publik secara aktif dan berkelanjutan.

Namun, ia juga mengingatkan tentang tantangan politik riang gembira terutama soal konsistensi. “Jangan seperti kunang-kunang, sebentar muncul lalu hilang. Politik bukan panggung sesaat,” tegasnya.

Acara ini sekaligus memperkuat komitmen Rumah Jane untuk menjadi ruang belajar dan pemberdayaan politik anak muda di NTT, dengan pendekatan yang humanis, inklusif, dan berakar dari realitas masyarakat. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.