Suarantt.id, Kupang-Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Dr. Andriko Noto Susanto, memaparkan potensi besar provinsi ini dalam mewujudkan swasembada pangan nasional. Berdasarkan proyeksi, NTT dapat menghasilkan 1,5 juta ton beras per tahun dengan surplus sebesar 881.454 ton setelah kebutuhan lokal terpenuhi.
Di sektor tanaman pangan lainnya, produksi jagung diproyeksikan mencapai 4,7 juta ton dari lahan kering seluas 1,8 juta hektare, menjadikan NTT sebagai salah satu sentra produksi jagung nasional.
Sektor peternakan juga memiliki potensi besar. Dengan optimalisasi lahan penggembalaan seluas 100.000 hektare, NTT diperkirakan mampu menghasilkan 167.425 ton daging sapi per tahun. Sementara itu, di sektor perikanan dan kelautan, Andriko menargetkan produksi garam mencapai 2 juta ton per tahun dengan mengembangkan tambak garam seluas 10.000 hektare.
Dalam upayanya meningkatkan produktivitas pertanian, Andriko menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur pertanian, termasuk bendungan dan embung.
“Saat ini NTT telah memiliki 1.401 embung kecil dan 22 embung irigasi yang diharapkan mampu mendukung pertanian di wilayah yang memiliki curah hujan terbatas,” jelas Andriko saat menghadiri rapat strategis yang digelar di Ruang Rapat Pola Gedung A, Kantor Pusat Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada Rabu (5/2/25).
Pertemuan ini membahas proposal swasembada pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian RI.
Komitmen Pemkot Kupang
Dalam kesempatan yang sama, Penjabat Wali Kota Kupang Linus Lusi menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah untuk mendukung program swasembada pangan.
“Pemerintah Kota Kupang berkomitmen mendukung program ini meskipun memiliki keterbatasan lahan pertanian. Kami tetap berperan strategis dalam distribusi, pemasaran, dan pengolahan hasil pertanian dari berbagai daerah di NTT,” ujarnya.
Linus menambahkan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi untuk memastikan kebijakan yang dihasilkan dapat diimplementasikan secara efektif.
“Kami berharap ada dukungan nyata dalam bentuk teknologi, pendampingan, dan bantuan infrastruktur yang dapat membantu petani serta pelaku usaha pangan di Kota Kupang. Selain itu, kami akan mendorong pengembangan UMKM sektor pangan dengan membuka akses pasar yang lebih luas,” tambah Linus.
Sebagai kota jasa, Kupang diharapkan menjadi hub logistik dan perdagangan bagi hasil pertanian di NTT. “Kami mendukung penguatan rantai pasok pangan dengan mendorong pengolahan pascapanen, distribusi yang efisien, serta fasilitasi bagi pelaku UMKM sektor pangan,” tutupnya.
Rapat ini diharapkan menjadi momentum penting untuk memperkuat sektor pertanian NTT dan mempercepat terwujudnya swasembada pangan yang berkelanjutan di wilayah tersebut. ***




