Lou Bangkit dari Tragedi Siklon Tropis Seroja: Harapan Baru untuk Pendidikan di Lembata

oleh -1650 Dilihat
LOU Siswi Asal Lembata Kini Menikmati Pendidikan Berkat Bantuan Yayasan PLAN Indonesia. (Foto Yayasan PLAN Indonesia)

Suarantt.id, Lembata-April 2021 menjadi bulan kelam bagi Lou, seorang remaja asal desa di lereng Gunung Ile Lewotolok, Lembata. Siklon Tropis Seroja meluluhlantakkan desanya, menyebabkan banjir bandang dan longsor yang menelan korban jiwa dan harta benda. Lou kehilangan rumah, kakak laki-lakinya, dan hampir kehilangan ibunya yang terjebak di reruntuhan. Tragisnya, ia sendiri harus kehilangan kedua kakinya akibat luka parah yang dideritanya.

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siklon Tropis Seroja yang melanda awal April 2021 mengakibatkan 181 korban jiwa di berbagai wilayah NTT. Di Lembata, bencana ini membawa dampak besar, khususnya bagi desa-desa di sekitar Gunung Ile Lewotolok. Hujan lebat, angin kencang, dan tanah longsor meluluhlantakkan infrastruktur dan kehidupan masyarakat.

Bagi Lou, bencana ini menjadi ujian hidup yang begitu berat. Ia harus absen dari sekolah selama satu tahun penuh untuk memulihkan kondisi fisik dan mentalnya. “Saya tidak bisa pergi ke sekolah selama setahun, dan ibu saya harus tinggal di tempat tidur hampir dua tahun untuk pulih,” ujar Lou mengenang masa-masa sulit tersebut.

Namun, di balik kesulitan yang mendera, harapan kembali muncul melalui bantuan yang diterimanya.

“Thank You Project”: Membuka Jalan untuk Pendidikan Anak-Anak Lembata

Melalui program Thank You Project, Yayasan Plan International Indonesia memberikan dukungan bagi anak-anak terdampak bencana di Lembata, termasuk Lou. Program ini bertujuan memastikan anak-anak tetap mendapatkan akses pendidikan melalui mekanisme bantuan voucher tunai (Cash Voucher Assistance/CVA).

Setiap anak menerima CVA senilai Rp 150 ribu, yang terdiri dari beberapa voucher dengan nilai pecahan Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. Voucher tersebut dapat ditukarkan dengan berbagai perlengkapan sekolah, seperti seragam, tas, alat tulis, dan sepatu di bazar pendidikan yang digelar di 79 desa.

“Bantuan ini tidak hanya memastikan kebutuhan pendidikan anak-anak terpenuhi, tetapi juga mendorong keterlibatan masyarakat lokal melalui pengusaha dan penjual di daerah tersebut,” ujar Kornelis Sabon Ola, Deputi Manajer Programme Implementation Area Plan Indonesia.

Bazar pendidikan ini telah dimulai sejak Desember 2024 dan akan berlangsung hingga Maret 2025. Agar tidak mengganggu aktivitas belajar, bazar diadakan pada pukul 14.00 hingga 16.00 setelah jam sekolah.

Belajar Mandiri Lewat Program Bantuan

Melalui program ini, anak-anak diajarkan untuk lebih mandiri dalam memilih kebutuhan pendidikan mereka. Lou, yang sebelumnya selalu bergantung pada ayahnya, kini berkesempatan memilih sendiri perlengkapan sekolahnya.

“Orang tua dan kakak laki-laki saya membiarkan saya memilih dan membawa saya ke bazar. Saya membeli sepatu baru, tas sekolah, seragam, alat tulis, dan buku. Ini sangat membantu meringankan beban orang tua saya,” ujarnya dengan senyum penuh semangat.

Selain anak-anak, program ini juga dirasakan manfaatnya oleh para orang tua. Vinsen, seorang ayah berusia 54 tahun, datang ke bazar untuk menukarkan voucher atas nama putrinya yang sedang sakit. “Putri saya menuliskan barang-barang yang ingin dia beli, dan saya membantunya menukarkan voucher di sini,” tuturnya.

Program ini tidak hanya memberikan bantuan material, tetapi juga mendorong anak-anak dan keluarga untuk saling berinteraksi dan menghargai pendapat. Mekanisme umpan balik juga diterapkan agar setiap saran dan masukan dari anak-anak maupun orang tua dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas program di masa mendatang.

Harapan Baru untuk Masa Depan

Kesempatan memilih perlengkapan sekolah membuat Lou merasa lebih optimis menghadapi masa depan. Setelah tiga tahun berjuang melawan duka dan keterbatasan, ia kini kembali ke sekolah dengan semangat baru.

BACA JUGA:  Pemkot Kupang dan PLN UP3 Perkuat Kerja Sama Strategis Dukung Pertumbuhan Ekonomi

“Saya sangat senang bisa kembali belajar menggunakan perlengkapan baru saya. Saya merasa lebih percaya diri dan siap meraih cita-cita saya,” ungkapnya penuh harap.

Program seperti Thank You Project menjadi pengingat bahwa setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk bangkit, meski dari keterpurukan sekalipun. Untuk Lou dan ribuan anak lainnya di Lembata, harapan itu kini kembali hadir. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.