Suarantt.id, Ba’a-Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN RI, Dr. Wihaji, secara resmi membuka Puncak Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Serentak dalam rangka peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32, sekaligus melakukan soft launching Rencana Aksi Konsorsium Perguruan Tinggi untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (23/6/25), di Lapangan Bola Kaki Christian Dillak, Ba’a – Kabupaten Rote Ndao.
Didampingi Pembina DWP Kemendukbangga/BKKBN, Uni Wihaji, Menteri Wihaji hadir bersama Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma, Bupati Rote Ndao Paulus Henuk, dan Wakil Bupati Apremoi D. Dethan.
Dalam sambutannya, Menteri Wihaji menegaskan komitmennya menjalankan dua mandat utama sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden, yakni Pelayanan Kependudukan dengan kampanye “Dua Anak Lebih Sehat” dan Pembangunan Keluarga dengan fokus utama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) guna menekan angka stunting.
“Stunting berdampak langsung pada kecerdasan anak. Bila melewati masa 1000 HPK, hanya 20 persen yang bisa disembuhkan. Oleh karena itu, negara wajib hadir sejak dini, terutama untuk ibu hamil dan calon pengantin,” tegasnya.
Ia mengapresiasi berbagai inisiatif yang telah dilakukan di NTT, khususnya Rote Ndao, dalam percepatan penurunan stunting, seperti investasi sektor garam, bantuan dari BAZNAS, serta keterlibatan Bank Mandiri dan mitra lainnya dalam program pentahelix.
Menurut data per Mei 2025, terdapat 1.843 balita stunting di Rote Ndao, setara dengan 16,6 persen, sementara data SSGI 2024 mencatat prevalensi stunting sebesar 32,4 persen, masih jauh di atas rata-rata nasional yang berada di angka 19,8 persen.
Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk, dalam laporannya menyampaikan bahwa dari 19.890 keluarga yang telah diverifikasi pada 2024, sebanyak 8.110 keluarga (40,7 persen) tergolong keluarga risiko stunting (KRS). Ia juga melaporkan pelaksanaan pelayanan KB serentak di seluruh Puskesmas yang menyasar 200 akseptor, dengan pelayanan MKJP di Puskesmas Ba’a melibatkan 41 akseptor implan dan 9 IUD.
Namun demikian, Bupati Paulus menyoroti masih kurangnya Tenaga Penyuluh KB/PLKB. Saat ini, dari 119 desa/kelurahan yang tersebar di 11 kecamatan, baru tersedia 26 tenaga penyuluh. Ia berharap ada penambahan personel guna memperluas jangkauan pelayanan KB dan edukasi stunting.
Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma dalam sambutannya menyampaikan bahwa angka stunting di NTT masih tinggi, yakni 37 persen berdasarkan data SSGI 2024, meski mengalami sedikit penurunan dari 37,9 persen di tahun sebelumnya.
“Perlu ada kampanye besar-besaran dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Kita tidak boleh terus membiarkan kebiasaan mengutamakan sirih pinang, rokok, dan miras daripada makanan bergizi. Ini tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.
Sebagai bentuk penghargaan, Menteri Wihaji dianugerahkan gelar adat “Mane Mana Lopolinu Ume’lo”, yang berarti Pangeran Pelindung Rumah Tangga, oleh Bupati Rote Ndao.
Wihaji juga menegaskan bahwa kunjungannya ke Rote Ndao merupakan bentuk penghargaan atas kunjungan Gubernur NTT dan para kepala daerah ke Jakarta pada Maret lalu. Ia kembali menekankan pentingnya kerja kolaboratif lintas sektor dalam upaya penghapusan stunting dan kemiskinan ekstrem.
Acara ditutup dengan Pelepasan Kirab Bangga Kencana serta Kick Off Kolaborasi Multipihak dalam Penanggulangan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem.
Sejumlah bantuan diserahkan dalam rangka mendukung penurunan stunting, di antaranya:
- Bantuan nutrisi dari BAZNAS untuk keluarga risiko stunting (Program GENTING),
- Bantuan Jamban Sehat dari IPeKB Rote Ndao,
- Bantuan dan pengadaan akses air bersih dari Bank Mandiri dan BAZNAS,
- Program “