Suarantt.id, Kupang-Pemerintah Kota Kupang semakin menunjukkan keseriusannya dalam menangani persoalan sampah. Dipimpin langsung oleh Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, bersama Wakil Wali Kota Serena Cosgrova Francis, Rapat Presentasi Tim Satgas Sampah digelar di Ruang Garuda, Balai Kota Kupang pada Rabu (9/4/25).
Rapat yang turut dihadiri oleh Penjabat Sekda Kota Kupang Ignasius Repelita Lega, SH, pimpinan OPD teknis, camat, dan lurah se-Kota Kupang ini menjadi momentum penegasan komitmen bersama untuk mengimplementasikan strategi penanganan sampah dalam 100 hari ke depan.
“Strategi ini sebenarnya sudah mulai berjalan. Hari ini saya kumpulkan semua lurah agar pemahaman, visi, dan semangat kerjanya selaras. Jangan ada yang jalan sendiri di luar kerangka yang telah ditetapkan,” tegas Wali Kota.
Wali Kota juga menekankan pentingnya data yang akurat terkait timbulan dan titik tumpukan sampah. Untuk itu, Pemkot tengah melakukan pemetaan ulang serta optimalisasi pemanfaatan Intermediate Storage Management di tingkat kecamatan dan kelurahan.
Dalam jangka pendek, Pemkot mendorong penerapan sistem pemilahan sampah dari rumah tangga dengan tiga jenis tempat sampah: hijau (organik), kuning (anorganik), dan merah (berbahaya). Warga yang belum memiliki tempat sampah akan tetap diminta memilah sampah menggunakan kantong plastik berwarna.
Sebagai dukungan, Pemkot akan mendistribusikan 1.300 unit kontainer plastik besar ke tingkat RT. Saat ini, 200 unit di antaranya telah tersedia berkat dukungan komunitas dan pelaku usaha. Nantinya, sampah dari kontainer RT akan diangkut menuju kontainer besi tingkat kelurahan yang ditempatkan jauh dari pemukiman padat.
“Pengangkutan harus tertib. Kalau tidak diangkut setiap hari, sampah akan meluber dan masyarakat pasti mengeluh. Jadwal pengangkutan harus disiplin,” ujarnya.
Langkah berikutnya adalah percepatan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di setiap kecamatan. TPST akan dilengkapi fasilitas modern, seperti mesin pencacah plastik, konversi organik menjadi pupuk dan maggot, serta sistem conveyor untuk pemilahan.
“Pengelolaan sampah yang sebelumnya tersebar akan disatukan di TPST. Di sana juga akan ada bank sampah dengan harga dasar yang distandarisasi,” tambahnya.
Untuk mendukung sistem ini, Pemkot telah menyiapkan armada pengangkut seperti truk Amrol, motor listrik, dan 68 unit kontainer besi yang akan ditempatkan di zona rawan pembuangan liar. Sarana ini akan diperkuat kamera CCTV, jadwal pengangkutan, dan sistem pemantauan real-time berbasis aplikasi digital.
Wali Kota juga menegaskan penerapan sanksi bagi pelanggaran, mulai dari denda Rp250.000 hingga kerja sosial. “Foto pelanggar akan dipasang di media sosial agar memberi efek jera,” tegasnya.
Selain menciptakan lingkungan bersih, program ini juga membuka lapangan kerja baru di sektor pemilahan dan pengolahan sampah serta memberdayakan pemulung dan warga sekitar TPST.
Sekretaris Satgas Sampah, Wildrian Ronald Otta, menambahkan bahwa instruksi resmi akan diterbitkan kepada seluruh OPD untuk menyediakan tempat sampah tiga jenis dan membuat video edukatif pengelolaan sampah. “Kita mulai dari diri sendiri, dari kantor masing-masing,” ujarnya.
Dalam sesi diskusi, Lurah Bakunase II menyampaikan dukungan penuh namun juga mengangkat isu operasional motor listrik dan harga di bank sampah. Wali Kota merespons bahwa anggaran untuk revitalisasi TPS dan perawatan kendaraan akan disiapkan.
Sebagai simbol semangat kolektif, Pemkot memperkenalkan program “Besti Beruntung” (Bebas Sampah, Pasti Berubah, Untung) yang mendorong partisipasi aktif warga. Inovasi lainnya termasuk peluncuran Call Center pengaduan sampah dan pohon berbasis AI serta pemanfaatan teknologi maggot untuk pengolahan bangkai hewan dan ranting pohon.
Menutup arahannya, Wali Kota menyampaikan pesan reflektif: “Jangan tanya apa yang negara beri untukmu. Tanyakan apa yang bisa kamu berikan untuk negara. Kali ini, kita urus sampah dengan hati.” ***





