Suarantt.id, Kupang-Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Hermanus Y. Beo. Wea yang akrab disapa Anyos, mengungkap sejumlah langkah strategis yang telah dan sedang dilakukan pemerintah provinsi untuk meningkatkan akses listrik bagi masyarakat, terutama di wilayah-wilayah terpencil dan belum teraliri listrik secara optimal.
Dalam keterangannya, Anyos menjelaskan bahwa berbagai program ketenagalistrikan telah dijalankan, di antaranya pengadaan kompor biomassa, pembangunan instalasi biogas dari kotoran hewan, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tersebar dan terpusat, serta pengadaan PLTS atap (rooftop). Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan sambungan listrik baru secara gratis kepada masyarakat tidak mampu.
“Ini semua bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan rasio elektrifikasi rumah tangga di seluruh wilayah NTT,” ujar Anyos.
Meski begitu, ia mengakui bahwa masih terdapat tantangan besar yang dihadapi. Berdasarkan data dari PLN per Januari 2025, rasio elektrifikasi di NTT telah mencapai 98,50 persen. Namun, jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, NTT masih berada pada kategori merah atau rendah.
Beberapa kabupaten seperti Manggarai Timur dan Sumba Barat Daya masih mencatat rasio elektrifikasi di kisaran 80 persen.
Menurut Anyos, kondisi ini dipengaruhi oleh faktor geografis dan topografis khas NTT yang merupakan wilayah kepulauan, serta pola penyebaran penduduk yang tidak terpusat.
“Wilayah kita terdiri dari pulau-pulau, dengan penduduk yang lebih suka tinggal menyebar di desa dan kebun. Hal ini menyebabkan biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur listrik menjadi sangat tinggi dan menantang,” jelasnya.
Pemerintah Provinsi NTT, melalui Dinas ESDM, berkomitmen untuk terus mencari solusi inovatif dan kolaboratif agar seluruh masyarakat NTT dapat menikmati akses listrik secara merata dan berkelanjutan. ***
