Wali Kota Kupang Apresiasi GMIT Jadi Pelopor Gereja Ramah Disabilitas di Indonesia

oleh -163 Dilihat
Wali Kota Kupang dan Bupati Kupang Pose Bersama Penyandang Disabilitas di Acara Workshop Gereja Ramah Disabilitas bagi 57 klasis se-GMIT yang berlangsung di Hotel Kristal Kupang pada Sabtu, 11 Oktober 2025. (Foto Prokompim Kota Kupang)

Suarantt.id, Kupang-Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas terselenggaranya Workshop Gereja Ramah Disabilitas bagi 57 klasis se-GMIT yang berlangsung di Hotel Kristal Kupang pada Sabtu (11/10/25). Kegiatan ini dinilai menjadi tonggak penting dalam mewujudkan gereja yang benar-benar inklusif dan ramah bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.

Dalam kegiatan yang dihadiri Bupati Kupang, Yosef Lede, Anggota DPRD NTT Winston Neil Rondo, Staf Ahli Gubernur NTT Bidang Kesejahteraan Rakyat Ady Endezon Mandala, Ketua Sinode GMIT Pdt. Samuel Benyamin Pandie, serta perwakilan komunitas disabilitas, Wali Kota Kupang menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap gerakan gereja ramah disabilitas.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada GMIT yang sudah menjadi pelopor dan inisiator gerakan ini. Ini bukan hanya kegiatan biasa, tapi gerakan luar biasa yang terstruktur, sistematis, dan masif agar gereja menjadi inklusif,” ujar dr. Christian dalam sambutannya.

Ia menyebut langkah GMIT sebagai pilot project yang bahkan bisa menjadi yang pertama di Indonesia, bahkan di dunia, dalam mendorong gereja menjadi rumah bagi semua orang tanpa kecuali. Menurutnya, visi yang diusung GMIT sejalan dengan visi Pemerintah Kota Kupang, yakni menjadikan Kupang sebagai Kota Inklusif, Rumah Bersama.

Wali Kota juga menegaskan bahwa dukungan pemerintah terhadap kegiatan ramah disabilitas bukan sekadar simbolik, tetapi diwujudkan dalam bentuk nyata. “Hari ini kami bantu kegiatan ini sebesar Rp25 juta, selain itu kami juga telah menyerahkan bantuan kursi roda, alat bantu dengar, dan kruk kepada teman-teman disabilitas. Tapi saya tidak ingin berhenti di alat bantu saja, saya ingin kita beri pelatihan agar mereka bisa berdaya dan mandiri,” jelasnya.

BACA JUGA:  Ketua Himpera NTT Apresiasi Langkah Wali Kota Kupang Terpilih Soal Percepatan Perizinan PBG

Lebih jauh, ia memaparkan sejumlah kebijakan Pemkot Kupang yang berpihak pada penyandang disabilitas, seperti penetapan Kelurahan Naikoten 1 sebagai Kelurahan Disabilitas, penyediaan ram untuk kursi roda, serta layanan khusus bagi warga disabilitas. Selain itu, pemerintah juga tengah menyiapkan dua peraturan baru terkait pemenuhan hak dan bantuan hukum bagi penyandang disabilitas, serta pembangunan pusat layanan inklusi di lingkungan GMIT Paulus pada tahun mendatang.

Menutup sambutannya, Wali Kota mengutip pesan tokoh disabilitas dunia, Helen Keller, bahwa hal paling indah di dunia tidak selalu dapat dilihat atau didengar, tetapi dirasakan dengan hati. “Karena itu, marilah kita terus bergerak bersama dengan hati yang penuh harapan untuk mewujudkan Kota Kupang yang benar-benar ramah dan inklusif bagi semua,” ujarnya penuh semangat.

Sementara itu, Ketua Sinode GMIT, Pdt. Samuel Benyamin Pandie, menyampaikan bahwa GMIT bersyukur menjadi sinode pertama di Indonesia yang menggerakkan pelayanan disabilitas secara terstruktur hingga ke tingkat klasis. “PGI memang sudah mendorong gereja-gereja agar serius memperhatikan penyandang disabilitas, tetapi GMIT menjadi yang pertama mewujudkannya secara nyata. Ini bukti bahwa gereja sungguh hadir bagi semua, tanpa kecuali,” ungkapnya.

Ia menekankan pentingnya perubahan cara pandang dalam membangun gereja yang inklusif. “Ruang inklusi harus diikuti keberpihakan anggaran. Gereja mesti memberi tempat dan dukungan bagi saudara-saudara disabilitas karena mereka diciptakan dengan keindahan dan martabat yang sama di hadapan Tuhan,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Kupang Yosef Lede turut memberikan apresiasi kepada GMIT dan Pemerintah Kota Kupang atas inisiatif menghadirkan kegiatan yang meneguhkan nilai kesetaraan. “Tugas kita yang sempurna adalah menjadi penolong bagi yang tidak sempurna. Semua punya bagian dan tanggung jawab sesuai perannya agar keadilan dan kesetaraan itu benar-benar dirasakan,” ujarnya.

BACA JUGA:  Wali Kota Kupang Dukung Perayaan Nyepi Tahun Caka 1947 sebagai Wadah Kerukunan dan Promosi Budaya Hindu

Ia berharap hasil-hasil pembahasan dalam kegiatan tersebut dapat ditindaklanjuti melalui kebijakan nyata yang berpihak pada kaum disabilitas. “Pemerintah bertugas untuk mengintervensi agar semua yang dibicarakan tidak berhenti di ruangan ini, tetapi diwujudkan melalui program dan kebijakan yang berpihak,” tegasnya.

Workshop Gereja Ramah Disabilitas ini menjadi momentum penting bagi sinergi antara gereja dan pemerintah dalam membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkeadaban—sebuah langkah nyata menuju Kota Kupang yang benar-benar menjadi rumah bersama bagi semua. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.