Bangga Menjadi Orang Gila

oleh -664 Dilihat
Eddy Ngganggus. (Foto Istimewa)


Oleh Eddy Ngganggus

Suara-ntt.id, Kupang-Di sebuah negeri antah berantah, hiduplah sebuah bangsa yang seluruh warganya adalah orang gila tanpa terkecuali. Sebagaimana layaknya sebuah negara, mereka memiliki pemerintahan yang berdaulat, lengkap dengan pemimpin dan para pembantunya. Namun, yang membedakan mereka dari negeri lain adalah tingkat kegilaan yang berbeda-beda: ada yang sangat gila, agak gila, dan kurang gila. Bahkan, ada pula mereka yang baru saja menjadi gila.

Di negeri ini, orang gila melayani orang gila. Orang gila mendidik orang gila. Orang gila merawat orang gila. Orang gila mencuri dari orang gila. Orang gila membunuh orang gila. Orang gila menuntun orang gila. Orang gila menyekolahkan orang gila. Orang gila memberi makan orang gila. Bahkan, orang gila pun mendoakan orang gila. Singkatnya, semua interaksi sosial mereka terjadi di antara sesama orang gila.

Namun, yang menarik adalah bahwa mereka justru bangga dengan kegilaan mereka.

Seorang profesor—yang juga seorang gila—penasaran dengan fenomena ini. Ia merasa perlu melakukan penelitian untuk mencari tahu mengapa warga negeri antah berantah bisa begitu bangga dengan kegilaan mereka.

Hasil Penelitian Sang Profesor

Sang profesor membuat sebuah kuesioner untuk menguji kesadaran orang-orang gila tersebut tentang kondisi mereka. Dari hasil analisisnya, ditemukan beberapa fakta menarik:

  1. Sebagian warga sadar bahwa mereka memang gila.
  2. Banyak dari mereka awalnya adalah orang waras, tetapi karena hidup di tengah orang gila, akhirnya mereka ikut tertular menjadi gila. Kondisi ini diperparah oleh fakta bahwa jumlah orang gila jauh lebih banyak dibandingkan orang waras, membuat kewarasan menjadi sesuatu yang sulit dipertahankan.
  3. Orang-orang gila di negeri ini justru tampak lebih waras dibandingkan orang waras. Cara berpikir mereka tampak logis, bahkan lebih logis dari orang waras.
  4. Negeri ini memiliki rumah sakit khusus untuk orang gila, tetapi hanya sebagian kecil yang dirawat di sana. Padahal, kalau mau jujur, semua warganya juga gila.
  5. Negeri ini memiliki filosofi bahwa ‘masalah membuat seseorang menjadi dewasa.’ Oleh karena itu, pemerintah dan rakyatnya menciptakan banyak masalah agar semakin banyak orang yang “dewasa”.
  6. Mereka memiliki semboyan motivasi unik: ‘Bermimpilah sesuka hati, sebab toh itu hanya mimpi.’
BACA JUGA:  Tiga Hal Penting yang Terlewati dari Laporan RUPS Bank NTT

Dari hasil penelitiannya, sang profesor akhirnya menemukan alasan sederhana mengapa warga negeri antah berantah bangga menjadi gila.

Karena kegilaan adalah bukti bahwa seseorang masih memiliki otak! Bukankah hanya orang yang memiliki otak yang bisa menjadi gila?

Ironisnya, di akhir penelitiannya, para responden justru menganggap sang profesor sebagai orang yang paling gila di antara mereka. Mereka bahkan memberinya gelar “Profesor Linglung” karena bersusah payah melakukan penelitian tentang kegilaan—padahal menurut mereka, jawaban itu sudah tersedia di Google.

Di negeri antah berantah, Google adalah guru mereka.

Salam waras dari negeri nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.