Suarantt.id, Kupang- Chief Operations Officer (COO) JAAN Domestic Indonesia Foundation, drh. Merry Ferdinandez, menegaskan komitmen lembaganya dalam memperkuat pengendalian rabies dan peningkatan kesejahteraan hewan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu disampaikannya dalam Workshop Peningkatan Kapasitas Media bertema Rabies and Animal Welfare (RAW NTT) yang digelar di Hotel Harper Kupang pada Kamis (15/5/25).
“JAAN Domestic Indonesia Foundation merupakan organisasi non-profit bagian dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN), yang berdiri sejak 2008. Kami sudah berkiprah hampir 16 tahun di Indonesia,” ujar drh. Merry.
Yayasan ini telah resmi terdaftar sebagai LSM melalui SK Kemenkumham dan memiliki fokus utama pada isu perdagangan anjing dan kucing. Selain itu, berbagai program unggulan juga telah dijalankan, antara lain:
Program Kuda Delman yang menyediakan layanan kesehatan gratis untuk pemilik kuda yang kurang mampu;
Edukasi digital dan kamp edukatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat;
Klinik hewan keliling di wilayah Jabodetabek untuk vaksinasi gratis;
Layanan advokasi hukum untuk kasus kekerasan atau penistaan terhadap hewan.
“Program RAW NTT ini adalah kelanjutan dari upaya kami di tahun-tahun sebelumnya. Kami didukung penuh oleh Kementerian Pertanian, Pemprov NTT melalui Dinas Peternakan, Universitas Nusa Cendana Kupang, serta organisasi mitra seperti Natha Satwa Nusantara,” jelas drh. Merry.
JAAN Domestic bekerja bersama 33 mitra komunitas, seniman, dan influencer dalam membangun edukasi masyarakat melalui NTT Rabies and Animal Welfare Community Network. Wilayah kerja di NTT meliputi Kota Kupang, Kabupaten Belu, dan Manggarai Barat.
Mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 66 Tahun 2016 serta rekomendasi WOAH, JAAN mengedepankan pendekatan One Health dan One Welfare dalam pengendalian rabies. Upaya ini menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, edukasi publik, serta kesejahteraan hewan sebagai bagian dari strategi penanggulangan yang berkelanjutan dan etis.
Edukasi menjadi ujung tombak program. Masyarakat diedukasi soal pentingnya vaksinasi anjing, bahaya perdagangan daging anjing, dan dampak negatif dari eliminasi massal anjing terhadap pembentukan kekebalan kelompok.
“Melibatkan sekolah, tokoh agama, komunitas, dan media lokal adalah strategi kami untuk membangun kesadaran kolektif agar masyarakat mengelola populasi anjing secara humanis dan meninggalkan praktik konsumsi daging anjing,” ungkap drh. Merry.
JAAN juga mengusulkan beberapa bentuk kolaborasi strategis kepada pemangku kepentingan di NTT, antara lain:
Penyediaan billboard gratis dan ruang publik strategis untuk materi edukasi rabies dan kesejahteraan hewan.
Dukungan program, baik dalam bentuk pendanaan, vaksin rabies, logistik, maupun pelatihan tenaga medis hewan.
Kolaborasi aktif dengan 33 komunitas lokal dalam pelatihan, survei populasi anjing, kampanye, dan vaksinasi massal.
“Kami percaya dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan organisasi sipil, NTT dapat menjadi model keberhasilan pengendalian rabies dan perlindungan kesejahteraan hewan di Indonesia,” tutup drh. Merry. ***